Tampilkan postingan dengan label Lele Sangkuariang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lele Sangkuariang. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Desember 2010

FENOMENA, KUALITAS AIR KOLAM PEMELIHARAAN IKAN LELE SANGKURIANG

Salah satu jenis ikan yang mampu hidup di air yang kandungan oksigennya tipis adalah ikan Lele, juga termasuk jenis ikan Lele Sangkuriang. Kita dapat lihat ikan Lele masih dapat hidup di comberan (saluran air kecil dan sangat keruh), tempat limbah rumah tangga (MCK) dan rawa-rawa yang sudah hampir kering. Bukan itu saja, sebenarnya ikan Lele masih dapat hidup dalam lorong-lorong kecil tanah yang berlumpur. Selama masih ada kandungan air yang cukup, dan lendir di tubuh ikan Lele masih terjaga baik, tidak kering akibat paparan sinar Matahari. Ikan Lele ini masih bisa bertahan hidup hingga musim hujan berikutnya.

Oleh karena fakta yang diuraikan diatas, banyak pula orang yang salah kaprah bahwa pemeliharaan ikan Lele sebagai usaha budidaya tidak perlu memperdulikan kualitas air kolamnya. Uraian diatas hanya untuk menjelaskan bahwa ikan Lele dapat bertahan hidup dalam kondisi ekstrem sekali. Tapi dalam budidaya pemeliharaan ikan Lele sudah tentu diperlukan kondisi air kolam yang baik, sehingga benih ikan Lele yang diperlihara bisa tumbuh secara optimal dalam jangka waktu sependek mungkin.

Pertumbuhan benih ikan Lele juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: jumlah pakan cukup terpenuhi, kualitas nutrisi pakan, kualitas air, kualitas benih, populasi benih ikan Lele dalam satu luasan kolam, penyakit dan faktor alam (cuaca).

Ada beberapa kriteria yang bisa kita jadikan acuan untuk melihat kondisi air kolam apakah masih baik atau sudah perlu diganti, seperti:
- temperatur air cukup hangat, sebaiknya tempertur berkisar 20-30 derajat celcius, paling baik sekitar 25-27 derajat celcius. (hal ini bisa dicek dengan thermometer)
- PH air netral, sebaiknya berkisar antara PH 6-8 (hal ini bisa dicek dengan kertas lakmus atau menggunakan PH Meter.
- warna air hijau kecoklatan, bukan butek kecoklatan (hal ini bisa dilihat dengan parameter, benih ikan Lele tidak secara mencolok banyak yang naik ke permukaan air untuk menghirup air dari permukaan untuk menghirup oksigen dari udara)
- tidak berbuih atau berbusa,
- pada saat siang hari, saat terik matahari, kolam tidak tertutup rapat oleh lumut,

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas air kolam dengan sistem pemeliharaan terpal juga kolam tradisional agar tetap terjaga baik:
- sebelum air keruh, air kolam diganti. Dimana pada air kolam dibuat lewat pipa saluran pembuangan, kolam juga dialiri air pengganti secara bersamaan. Supaya selama proses penggantian air tidak terjadi secara ekstrem. Adapun tujuan penggantian air kolam ini adalah untuk menjaga PH air kolam netral, kandungan oksigen kolam baik, dan untuk menekan pertumbuhan lumut yang sering menutupi permukaan kolam.

- bersihkan atau sedot sisa-sisa pakan, karena sisa makan yang menumpuk bisa menghasilkan ammonia nitrat, dari hasil proses fermentasi pakan sisa, lalu kemudian PH air menjadi asam (jauh dibawah PH netral 7), kondisi air yang asam akan sangat mengganggu pertumbuhan ikan Lele.
- benih ikan Lele yang mati, segera disingkirkan. Karena bangkai ikan Lele akan menyebabkan bau tidak sedap/busuk, dan dampak lebih buruk adalah penyakit Lele bisa menular ke benih ikan Lele lainnya,

Ikan Lele yang hidup dalam kondisi air kolam yang tidak baik dan sehat ini, lama-kelamaan benih ikan Lele akan stress. Kondisi benih ikan Lele yang stress ini akan berdampak pada turunnya daya konsumsi benih ikan Lele. Dan lambat laun juga akan menurunkan kondisi kesehatan ikan Lele tersebut. Kondisi benih Lele yang menurun ini akan mempermudah ikan Lele terkontaminasi oleh penyaki (seperti: ngambang vertikal dipermukaan air, totol-totol putih di badan, mulit putih, insang merah, dsb)

Kamis, 21 Oktober 2010

Periode Waktu Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang


Banyak orang awam ingin tahu berapa lama sich sebenarnya periode waktu pertumbuhan ikan Lele jenis Sangkuriang? Baik waktu dalam usaha budidaya pembenihan dan pembesaran. Sebab dengan mengetahui jangka waktu pertumbuhan ikan Lele jenis Sangkuriang ini. Selanjutnya petani dapat memperhitungkan berapa biaya yang dihabiskan selama proses pemeliharaan, berapa modal yang perlu disiapkan dan berapa keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha ikan Lele yang ditekuni.

1. Masa Pemijahan, ikan Lele membutuhkan waktu 12-24 jam untuk pemijahan.
2. Masa Telur, telur yang sudah dibuahi oleh Lele Pejantan akan menjadi nener (benih kecil ikan lele) dalam jangka waktu 3-5 hari setelah terjadi pemijahan.
3. Masa Pertumbuhan benih ikan Lele jenis Sangkuriang, dari nener ke ukuran benih 5-6 cm, memerlukan waktu 40-50 hari.
4. Masa Pertumbuhan benih ikan Lele jenis Sangkuriang, dari ukuran benih 5-6 cm ke 8-10 cm, memerlukan waktu 10-15 hari.
5. Masa Pertumbuhan benih ikan Lele jenis Sangkuriang, dari ukuran benih 8-10 cm, hingga siap panen yakni berat 12,5-15 ons, memerlukan waktu 40-50 hari.

Selanjutnya silahkan mengkalkuasi sendiri berapa biaya yang anda perlukan, berapa modal yang anda butuhkan dan berapa keuntungan yang bisa anda raup dalam menekuni bisnis ikan Lele jenis Sangkuriang.

Selasa, 14 September 2010

KALKULASI USAHA BISNIS LELE SANGKURIANG


Banyak yang ingin tahu mengenai perhitungan biaya usaha pembesaran ikan Lele jenis Sangkuriang. Dalam tulisan berikut ini akan dicoba untuk memaparkan besaran perhitungan biaya dan pendapatan yang dihasilkan dari usaha pembesaran Lele Sangkuriang ini. Asumsi yang dari perhitungan biaya pembesaran Lele adalah untuk ukuran kolam 5x10 m2, atau pemeliharaan 5.000 ekor benih Lele Sangkuriang.

Biaya Investasi Awal:
1. Terpal plastik = 7 x 12 m2 = 84 m2 x Rp. 8.000.- = Rp. 672.000.-
2. Bambu = 45 batang x Rp. 7.000.- = Rp. 315.000.-
3. Paku Ukuran 5 cm = 1,5 kg x Rp. 12.000.- = RP. 18.000.-
4. Paku Ukuran 7 cm = 1 kg x Rp. 12.000.- = RP. 12.000.-
5. Paku Ukuran 10cm = 1 kg x Rp. 12.000.- = RP. 12.000.-
6. Kawat = 1 kg x Rp. 20.000.- = RP. 20.000.-
7. Sekam = 20 karung x Rp. Rp. 2.000.- = Rp. 40.000.-
8. Pompa Kyodo = 1 unit x Rp. 400.000 = Rp. 400.000.-
9. Selang = 50 m x Rp. 250.000 = RP. 250.000.-
---------------------
Sub Total = Rp. 1.739.000.-


Biaya Pemeliharaan (Benih dan Pakan)
1. Benih Lele = 5.000 ekor x Rp. 265.- = Rp. 1.325.000.-
2. Pakan = 10 karung x RP. 250.000.- = Rp. 2.500.000.-
3. Biaya Lain-lain = 10% (perkiraan) = Rp. 382.500.-
-----------------------
Sub Total = Rp. 4.207.500.-

----------------------------------
TOTAL INVESTASI AWAL (Dibutuhkan biaya) = Rp. 5.946.500.-


Pendapatan dari Pemeliharaan
Untuk pemeliharaan 5.000 ekor Lele akan di Panen dalam kurun waktu 50 hingga 60 hari, dengan berat Panen rata-rata dalam 1 kg terdapat 8 ekor Lele. Jika tingkat kematian 5% maka Lele yang dapat di Panen kira-kira sebanyak 4.750 ekor. Atau sama dengan 4.750 ekor : 8 ekor/kg, maka total berat Lele Sangkuriang yang akan di Panen adalah sebesar 593.75 kg. Saat ini harga dipasaran Lele Sangkuriang adalah Rp. 10.000.- per kg. Jadi total Panen Perdana akan didapat sebesar 593.75 kg x Rp. 10.000/kg = Rp. 5.937.500.-

Sedang untuk Panen yang kedua, (kita anggap hitungan biaya dan penjualan sama) akan didapat Keuntungan dari perhitungan selisih Pendapatan dari Pemeliharaan dengan Biaya Pemeliharaan yakni sebesar Rp. 5.937.500 – Rp. 4.507.500 = Rp. 1.430.000.- untuk 1 unit kolam terpal ikan Lele Sangkuriang. Sedang seberapa besar pendapatan yang bisa kita dapat dari bisnis ikan Lele ini, sangat tergantung pada sebanyak apa kolam Lele yang dipunyai. Jika kita bisa panen 2 kolam dalam seminggu, maka akan bisa memberi pendapatan +/- Rp. 2,5 juta per minggunya.


Dari perhitungan biaya usaha ikan Lele Sangkuriang diatas, hanya dalam jangka waktu 4 (empat) kali panen, kurang lebih 7-8 bulan, investasi dalam bisnis ikan Lele Sangkuriang ini sudah kembali. Sementara kolam terpal plastik yang dimiliki ini bisa bertahan minimal 2 (dua) tahun. Hal ini tentu sangat bergantung pada penanganan yang kita lakukan selama proses pemeliharaan berlangsung. Ketelaten sangat diperlukan saat proses pemeliharaan. Mulai dari pengisiian air, memasukkan benih hingga saat panen ikan Lele. Semakin kita telaten niscaya kolam terpal plastik ini bisa hingga lebih dari 3 (tiga) tahun.

Jumat, 13 Agustus 2010

Ade dan Kolam Terpal Lele Sangkuriang


KOMPAS.com — Memasuki Kampung Cibeureum RT 08 RW 08, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, terlihat berjajar sekitar 100 kolam terpal warna oranye tempat pembenihan ikan lele sangkuriang. Kampung yang dikenal sebagai sentra perajin sandal ini, kini menjadi sentra usaha pembenihan ikan lele sangkuriang. Ini berkat ketekunan Ade Mulyadi (32), anak kedua dari enam bersaudara pasangan Muchtar (59) dan Rohani (56), sejak dua tahun yang lalu.

Keberhasilan Ade mengembangkan usahanya seperti saat ini tentu tak lepas dari mental bajanya yang pantang menyerah. Meskipun kaki kanannya cacat karena polio sejak usia 3 tahun, dia berhasil mengembangkan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang, lele biakan baru yang kini semakin populer, terutama di Bogor.

Pengembangan usaha baru, yakni pembenihan ikan lele oleh pemuda itu, boleh disebut sebagai pelopor usaha pembenihan ikan di sentra perajin sandal Cibeureum. Usahanya bukan main-main. Ade bersama 4 pekerjanya tiap hari mengawasi, merawat sekitar 100 kolam pembenihan, dan menabur pakan untuk benih ikan secara tepat waktu dan tepat takarannya. Kolam ikan itu tampak unik karena dibuat khusus dengan menggunakan terpal warna oranye yang biasa digunakan untuk tenda.


Menurut Ade, usaha pembenihan ikan lele sangkuriang ini diawali dengan kegagalan dalam mengembangkan usaha pembenihan ikan lele dumbo yang dimodali ayahnya. Saat itu, lebih dari Rp 75 juta uang yang dikeluarkan ayahnya untuk modal usaha pembenihan ikan lele dumbo amblas.

”Tak pernah dijual, benih ikan itu mati diduga terserang penyakit,” kata Muchtar, ayah Ade. Sebelum bergabung dengan anaknya mengusahakan pembenihan lele sangkuriang, Muchtar adalah pedagang di pasar dan perajin sandal.

Belajar

Suatu hari, Muchtar yang beralih profesi menjadi pembenih ikan lele ini memperoleh keterangan tentang ”pendekar lele sangkuriang” Nasrudin, di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Maka, dia pun mendatangi Nasrudin untuk mencari tahu atau ”berguru” ilmu perlelean.


Namun, Muchtar tidak lantas berguru secara langsung. Setelah pertemuan dengan Nasrudin dan mendapat gambaran mengenai usaha itu, Muchtar kemudian mengutus Ade untuk mengikuti pelatihan kepada Nasrudin. Setelah itu, Muchtar menyusul bersama dua anaknya yang lain, Wawan dan Trimulyana, untuk menimba ilmu mengenai pembenihan lele.

Ternyata, untuk menimba ilmu tentang lele tidak perlu waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, apalagi bertahun-tahun. Ade mengikuti pelatihan hanya selama 3 hari di pusat pelatihan lele Nasrudin di Kampung Sukabirus. Dia sudah memperoleh ”jurus-jurus” jitu cara memelihara, memberikan pakan, dan mengatasi penyakit ikan secara tepat.

Tanpa menunggu waktu lagi, bekal pengetahuan itu langsung diterapkan di lapangan. Kolam-kolam pun dibuat tidak dengan menggali tanah, sebagaimana layaknya kolam ikan yang kita kenal selama ini. Mereka menggunakan terpal untuk membuat ”kolam-kolam” itu, dan kemudian diisi benih ikan lele sangkuriang. Rupanya tanda-tanda keberhasilan usaha lele itu mulai tampak.

”Berangsur-angsur usaha kami itu, berhasil,” kata Ade, akhir Maret lalu. Kematian benih lele seperti yang terjadi saat mengembangkan lele dumbo bisa mereka atasi. Perlakuan khusus bisa menekan angka kematian benih. Saat ini, usaha mereka sudah jauh berkembang. Siang itu, misalnya, Ade baru saja melayani pembeli benih lele sangkuriang ukuran 4-6 cm sebanyak 4.000 ekor.

Kewalahan

Diawali dari 10 kolam terpal ukuran 2 x 4 meter untuk pembenihan, kini Ade yang mengembangkan usaha bersama ayah dan adiknya memiliki sekitar 100 kolam pembenihan ikan lele sangkuriang. Muchtar sendiri juga memiliki sekitar 10 kolam pembesaran ukuran 10 x 10 meter.


Satu paket induk lele sangkuriang terdiri dari 10 betina dan 5 jantan. Ade membeli induk lele pada Nasrudin seharga Rp 800.000 per paket. Sejak menetas sampai dipanen, usia benih ikan lele sangkuriang ukuran 4-6 cm butuh waktu sekitar 50 hari. Setiap ekor induk lele sangkuriang bisa menghasilkan 70.000–100.000 ekor benih.

”Saat ini, setiap bulan kami baru bisa menjual 300.000 benih dengan harga Rp 150 per ekor,” kata Ade. Pesanan benih lele memang terus mengalir. Namun, tidak semua pesanan itu mampu dipenuhi. Ade mencontohkan, adanya permintaan benih sebanyak 1 juta ekor setiap bulan dari pembeli warga Tangerang, Banten, tetapi permintaan itu tidak sanggup mereka penuhi.

”Untuk melayani peternak ikan lele sangkuriang di daerah Kabupaten/Kota Bogor dan sekitarnya saja, kami masih kewalahan,” kata Ade. Melihat kondisi seperti itu, Ade mencari jalan keluar dengan menyiapkan 10 orang binaan sebagai pembenih ikan lele sangkuriang.

Sementara Muchtar yang memiliki 10 kolam pembesaran mengisi kolamnya dengan 10.000 ekor benih ukur 4–6 cm. Dari 10.000 benih ini, setelah 45 hari dapat dipanen 1 ton ikan lele ukuran 6–7 ekor per kg. Harga jualnya saat ini Rp 10.500 per kg. ”Dari panen 1 ton ikan itu, dipotong pakan dan biaya pemeliharaan, masih ada keuntungan sekitar Rp 3 juta,” kata Muchtar.

Ade dan ayahnya, sebagai keluarga pelopor usaha pembenihan ikan lele di sentra Perajin Sandal Cibeureum ini, sekarang sering menerima kunjungan tamu yang ingin belajar budidaya ikan lele sangkuriang, baik untuk pembenihan maupun pembesaran. ”Kami dengan senang hati menjelaskan bagaimana caranya menjadi pembudidaya ikan lele sangkuriang,” kata Ade.

Dia mengatakan, pihaknya memang berkonsentrasi di bidang pembenihan untuk memasok mereka yang berusaha di bidang pembesaran lele sangkuriang. ”Lebih menguntungkan jadi pembenih daripada pembesar ikan,” kata Ade, seraya menambahkan bahwa kerugian puluhan juta rupiah yang dideritanya dua tahun yang lalu berangsur-angsur dapat ditutupi dari keuntungan penjualan benih ikan.

Sumber www.kompas.com
Selasa, 13 April 2010 | 09:16 WIB
(FX Puniman, Wartawan Tinggal di Bogor)

Jumat, 30 Juli 2010

PAMOR LELE NAIK KARENA LELE JENIS SANGKURIANG

PRODUK LAUK LELE BERSIH DAN HYGIENIS



Pamor lauk makanan ikan Lele sangat terangkat tinggi akhir-akhir ini. Sistem pemeliharaan dalam sebuah kolam terbuat dari Terpal Plastik dengan pemberian pakan berupa pelet, sangat mengakat harkat Lele sebagai hidangan lauk di meja makan, lauk sebagai sumber yang tinggi protein dan Omega-3. Jauh dari kesan lauk Lele yang dikenal “jorok” dan “menjijikkan” pada masa lalu dalam benak sebahagian masyarakat.

Pembesaran Lele jenis Sangkuriang hasil kepeloporan Yanri melalui Mitra Usaha Lele Kracak yang dia kelola, kesan penulis tentang pemeliharaan pembesaran Lele menjadi sangat berubah. Yanri meletakkan standar yang tinggi atas produk ikan Lele yang dihasilkannya. Mitra Tani ini sangat mengharamkan pemberian pakan pembesaran Lele sehari-hari dengan cara-cara tradisonal dan sudah usang. Dalam budidaya dan pembesaran Lele ala Mitra Usaha Lele Kracak, tidak ada bangkai, tidak ada air limbah dan tidak ada lumpur. Semua Mitra Usaha Tani harus patuh pada kesepakatan dan standar mutu yang telah dibuat. Salah satunya pemberian Pakan harus menggunakan pelet yang sudah disiapkan. Tidak boleh ada pemberian makanan lele berupa bangkai atau jenis makanan yang tidak hygienis lainnya.


Barangsiapa melanggar ketentuan ini, langsung dikeluarkan dari Kemitraan. “Aturan dan standar ini berlaku untuk semua.” seru Yanri. “Tidak boleh ada yang coba-coba untuk melanggarnya.” tambahnya. Visi besar dari Mitra Usaha Lele Kracak adalah untuk meningkatkan pangsa pasar Lele sebagai sumber protein masyarakat. “Lele jenis sangkuriang ini kaya akan kandungan Omega-3, jadi sangat disarankan untuk menjadi sumber protein dalam menu makan sehari-hari, terutama baik untuk pertumbuhan anak. Coba kalau harkat Lele yang sudah jelek selama ini, menjadi lebih baik dan hygienis di masyarakat. Kan, petani sendiri yang untung, betul ndak!” ujar Yanri sambil terkekeh optimis.

Lalu Yanri menambahkan “Sekarang ini animo masyarakat untuk makan Lele sangat meningkat naik tajam. Saat ini sudah sulit untuk mencukupi permintaan pasar. Hal ini harus selalu dijaga dan jangan sampai persepsi masyarakat yang sudah baik atas produk Lele, tertutama Lele sangkuriang, rusak oleh karena ketidak mampuan petani untuk menjaga kualitas Lele yang dihasilkannya. Jadi semua petani harus kerja keras dan tidak neko-neko. Ikut sistem saja sudah cukup. Yakinlah ternak Lele Sangkuriang akan bisa menyaingi usaha ayam broler. Sungguh.”

Rabu, 28 Juli 2010

REVOLUSI USAHA PEMERLIHARAAN IKAN AIR TAWAR

Mitra Usaha Lele Kracak, Leuwiliang Kab. Bogor telah melakukan sebuah Revolusi dalam sistem budidaya dan pemeliharaan ikan air tawar. Sosok Mitra Usaha Lele Kracak, Leuwiliang Kab. Bogor yang akrab dan bersahaja ini adalah pioneer bagi merebaknya budidaya dan pembiakan serta pemeliharaan ikan Lele secara intensif dalam sebuah kolam Terpal Plastik. Sistem ini telah menyimpang dari pakem usaha pemeliharaan ikan yang dikenal oleh masyarakan selama ini. Seperti menggunakan kolam dengan membuat galian di halaman rumah atau sawah alias empang, keramba air deras, keramba terapung atau memanfaatkan situ atau telaga tempat air menggenang.

Kenapa bisa dikatakan Mitra Usaha Lele Kracak, Leuwiliang Kab. Bogor melakukan Revolusi Budidaya dan Pembesaran ikan air tawar, seperti Lele jenis Sangkuriang, akan dibahas sebagai berikut:


1. Kolam Terpal Plastik
Mitra Usaha Lele Kracak, Leuwiliang Kab. Bogor telah membuat terobosan dengan memelihara Ikan Lele jenis Sangkuriang di dalam sebuah kolam yang terbuat dari terpal plastik ukuran 5 x 10 m2. Dengan ukuran kolam sebesar ini, Mitra Usaha Lele Kracak, Leuwiliang Kab. Bogor bisa membesarkan lele sebanyak 5.000 ekor. Dan standar besaran (size) Lele Sangkuriang yang kelak dipanen adalah besaran 7-8 ekor untuk 1 kilogram.

Sedang lama pemeliharaan Lele Sangkuriang dari mulai ditebar hingga dipanen hanya membutuhkan waktu antara 40 hari hingga 60 hari. Kelihatannya hitungan lama hari pemeliharaan ini sangat optimis. Tapi fakta yang terlihat di lapangan memang kurun waktu pemeliharaan hingga semua bersih di panen adalah antara 40-60 hari tersebut.


2. Bisa Dilakukan di Lahan yang Sempit
Ukuran kolam maksimal yang cuma sebesar 5 x 10 m2, membuat usaha pembesaran Lele jenis sangkuriang ini dapat dilakukan areal halaman rumah yang sempit. Bisa juga ukuran kolamnya diperkecil sesuai dengan luas tanah yang ada. Misalnya dipekercil menjadi ukuran 2 x 8 m2. Cuma jumlah Lele yang dilepas di kolam ini juga diperkecil jumlahnya. Bisa juga dibuat dengan ukuran 4 x 9 m2. Pokoknya semua ukuran dapat dilakukan sesuai dengan ukuran halaman rumah atau tanah yang hendak di manfaatkan untuk pembesaran ikan Lele jenis Sangkuriang ini.

Syarat populasi Lele dalam sebuah kolam sangat mudah dihitung, yakni luas kolam dalam m2 kali 100 ekor. Bila ukuran 2 x 8 m2, berarti Lele yang dapat dipelihara adalah 16 x 100 = 1.600 ekor. Sedang untuk ukuran 4 x 9 m2 dapat menampung Lele untuk dibesarkan sebanyak 36 x 100 = 3.600 ekor.


3. Budidaya dan Pembesaran Lele Sangkuriang Tidak Butuh Air Banyak
Memelihara ikan selalu konotasinya butuh air yang banyak dan mengalir. Sehingga untuk lahan-lahan yang kritis, dimana selalu ada masalah dengan stok air, seakan-akan sudah ditakdirkan tidak dapat lagi digunakan untuk usaha budidaya atau untuk pembesaran ikan.

Tapi dengan sistem budidaya dan pemeliharaan ikan Lele jenis Sangkuriang ini, petani tidak perlu repot untuk mencari air atau sumber air yang cukup untuk bisa menjalankan usaha ini. Budidaya dan pembesaran ikan Lele Sangkuriang dalam kolam 5 x 10 m2 ini hanya butuh level air setinggi 1 (satu) meter. Nyaris tidak diperlukan adanya penambahan air mulai dari awal pemeliharaan hingga saat panen. Bahkan malah air yang ada di kolam perlu dikurangi bila terjadi curah hujan yang cukup besar. Sedang kondisi air yang semakin hari semakin butek (gelap), malah kondisi yang sangat nyaman dan disukai oleh Lele Sangkuriang.


4. Dapat Memanfaatkan Lahan Kritis
Lahan kritis yang selama ini nyaris tidak bisa digunakan untuk pertanian apalagi perikanan, malah dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya atau pembesaran Lele Sangkuriang. Tinggal mendirikan Kolam yang terbuat dari Terpal Plastik dan dinding kolam disangga keliling dengan bambu, sudah cukup untuk memulai usaha budidaya dan pembesaran ikan Lele jenis Sangkuriang.

Kolam budidaya dan pembesaran Lele Sangkuriang ini malah tidak membutuhkan areal yang teduh, seperti pepohonan atau ada penutup (sun screen) untuk menudunginya. Tapi dengan terbuka dan dengan terpaan sinar matahari yang penuh, Lele Sangkuriang malah dapat tumbuh secara baik.

Hal ini bisa demikian karena keruhnya air kolam akibat dampak akumulasi pakan yang diberikan dan akibat pertumbuhan lumut dalam kolam, akan membuat paparan sinar matahari tidak dapat menembus jauh ke dalam kolam. Sehingga ikan Lele tidak akan mati karena kepanasan akibat kena paparan sinar matahari secara langsung.


5. Pakan yang Lebih Hygienis
Budidaya dan pemeliharaan lele selalu dihubungkan dengan sesuatu yang "jorok" dan "tidak hygienis". Hal ini karena sistem pemeliharaan ikan Lele selama ini telah salah. Karena Lele bisa hidup dalam media air yang sangat keruh. Maka ikan Lele banyak dipelihara dalam penampungan akhir limbah rumah tangga. Bahkan tidak sedikit pula yang membesarkan ikan Lele dengan memberikan bangkai sebagai pakan sehari-harinya. Alhasil ikan Lele menjadi sangat tidak pupolar dan menjadi lauk hidangan makanan kelas bawah.

Tapi budidaya dan pembesaran ikan Lele jenis Sangkuriang oleh Mitra Usaha Lele Kracak, Leuwiliang telah merevolusi semua sistem pemeliharaan mainstream (umumnya yang berlaku). Yanri Ketua Mitra Usaha Lele Kracak, Leuwiliang menekankan, bahwa "kemitraan usaha Lele yang saya rintis harus Hygienis. Dimana Lele Sangkuriang yang dipelihara harus dibesarkan dengan menggunakan Pakan Pelet. Bila ada kemitraan yang tidak ikut aturan, dimana ada yang kasih makan Lele pakai bangkai atau limbah kotor lainnya, maka Mitra tersebut akan dikeluarkan dari kelompok usaha budidaya dan pemeliharaan ikan Lele jenis Sangkuriang."

Adapun tujuan dari Mitra Usaha Lele Kracak, Leuwiliang adalah untuk meningkatkan Pasar dari Lele, dalam hal ini Lele Sangkuriang sebagai pioneernya. “Jangan sampai pasar ikan Lele ini cuma kelas bawah. Kan sudah terbukti bahwa ikan Lele bagus untuk kesehatan kerena mengandung Omega-3. Terus kalangan masyarakat atas juga kudu (harus) bisa menerima ikan Lele untuk dihidangkan diatas meja makan mereka. Coba sekarang restaurant kelas atas mana yang menggunakan ikan Lele dalam menu sajian utamanya. Tidak ada kan?! Nah, semua peternak harus kerja sama untuk meningkatkan popularitas pemeliharaan ikan Lele yang Hygienis.” kata Yanri bersemangat. “Belum lagi kalau kita mau go international, pemeliharaan Lele kudu (harus, red) bersih dan Hygienis atukh!” serunya. Yanri mau kelak ikan Lele bisa jadi produk unggulan Indonesia untuk di ekspor secara regular ke Mancanegara.

Selamat dan sukses buat Mitra Usaha Lele Kracak, Leuwiliang untuk VISI besarnya. Semoga kelak ikan Lele Sangkuriang dapat menyaingi popularitas ayam broiler sebagai lauk dalam menu harian masyarakat Indonesia hingga Mancanegara.