Tampilkan postingan dengan label kracak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kracak. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Agustus 2010

Ade dan Kolam Terpal Lele Sangkuriang


KOMPAS.com — Memasuki Kampung Cibeureum RT 08 RW 08, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, terlihat berjajar sekitar 100 kolam terpal warna oranye tempat pembenihan ikan lele sangkuriang. Kampung yang dikenal sebagai sentra perajin sandal ini, kini menjadi sentra usaha pembenihan ikan lele sangkuriang. Ini berkat ketekunan Ade Mulyadi (32), anak kedua dari enam bersaudara pasangan Muchtar (59) dan Rohani (56), sejak dua tahun yang lalu.

Keberhasilan Ade mengembangkan usahanya seperti saat ini tentu tak lepas dari mental bajanya yang pantang menyerah. Meskipun kaki kanannya cacat karena polio sejak usia 3 tahun, dia berhasil mengembangkan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang, lele biakan baru yang kini semakin populer, terutama di Bogor.

Pengembangan usaha baru, yakni pembenihan ikan lele oleh pemuda itu, boleh disebut sebagai pelopor usaha pembenihan ikan di sentra perajin sandal Cibeureum. Usahanya bukan main-main. Ade bersama 4 pekerjanya tiap hari mengawasi, merawat sekitar 100 kolam pembenihan, dan menabur pakan untuk benih ikan secara tepat waktu dan tepat takarannya. Kolam ikan itu tampak unik karena dibuat khusus dengan menggunakan terpal warna oranye yang biasa digunakan untuk tenda.


Menurut Ade, usaha pembenihan ikan lele sangkuriang ini diawali dengan kegagalan dalam mengembangkan usaha pembenihan ikan lele dumbo yang dimodali ayahnya. Saat itu, lebih dari Rp 75 juta uang yang dikeluarkan ayahnya untuk modal usaha pembenihan ikan lele dumbo amblas.

”Tak pernah dijual, benih ikan itu mati diduga terserang penyakit,” kata Muchtar, ayah Ade. Sebelum bergabung dengan anaknya mengusahakan pembenihan lele sangkuriang, Muchtar adalah pedagang di pasar dan perajin sandal.

Belajar

Suatu hari, Muchtar yang beralih profesi menjadi pembenih ikan lele ini memperoleh keterangan tentang ”pendekar lele sangkuriang” Nasrudin, di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Maka, dia pun mendatangi Nasrudin untuk mencari tahu atau ”berguru” ilmu perlelean.


Namun, Muchtar tidak lantas berguru secara langsung. Setelah pertemuan dengan Nasrudin dan mendapat gambaran mengenai usaha itu, Muchtar kemudian mengutus Ade untuk mengikuti pelatihan kepada Nasrudin. Setelah itu, Muchtar menyusul bersama dua anaknya yang lain, Wawan dan Trimulyana, untuk menimba ilmu mengenai pembenihan lele.

Ternyata, untuk menimba ilmu tentang lele tidak perlu waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, apalagi bertahun-tahun. Ade mengikuti pelatihan hanya selama 3 hari di pusat pelatihan lele Nasrudin di Kampung Sukabirus. Dia sudah memperoleh ”jurus-jurus” jitu cara memelihara, memberikan pakan, dan mengatasi penyakit ikan secara tepat.

Tanpa menunggu waktu lagi, bekal pengetahuan itu langsung diterapkan di lapangan. Kolam-kolam pun dibuat tidak dengan menggali tanah, sebagaimana layaknya kolam ikan yang kita kenal selama ini. Mereka menggunakan terpal untuk membuat ”kolam-kolam” itu, dan kemudian diisi benih ikan lele sangkuriang. Rupanya tanda-tanda keberhasilan usaha lele itu mulai tampak.

”Berangsur-angsur usaha kami itu, berhasil,” kata Ade, akhir Maret lalu. Kematian benih lele seperti yang terjadi saat mengembangkan lele dumbo bisa mereka atasi. Perlakuan khusus bisa menekan angka kematian benih. Saat ini, usaha mereka sudah jauh berkembang. Siang itu, misalnya, Ade baru saja melayani pembeli benih lele sangkuriang ukuran 4-6 cm sebanyak 4.000 ekor.

Kewalahan

Diawali dari 10 kolam terpal ukuran 2 x 4 meter untuk pembenihan, kini Ade yang mengembangkan usaha bersama ayah dan adiknya memiliki sekitar 100 kolam pembenihan ikan lele sangkuriang. Muchtar sendiri juga memiliki sekitar 10 kolam pembesaran ukuran 10 x 10 meter.


Satu paket induk lele sangkuriang terdiri dari 10 betina dan 5 jantan. Ade membeli induk lele pada Nasrudin seharga Rp 800.000 per paket. Sejak menetas sampai dipanen, usia benih ikan lele sangkuriang ukuran 4-6 cm butuh waktu sekitar 50 hari. Setiap ekor induk lele sangkuriang bisa menghasilkan 70.000–100.000 ekor benih.

”Saat ini, setiap bulan kami baru bisa menjual 300.000 benih dengan harga Rp 150 per ekor,” kata Ade. Pesanan benih lele memang terus mengalir. Namun, tidak semua pesanan itu mampu dipenuhi. Ade mencontohkan, adanya permintaan benih sebanyak 1 juta ekor setiap bulan dari pembeli warga Tangerang, Banten, tetapi permintaan itu tidak sanggup mereka penuhi.

”Untuk melayani peternak ikan lele sangkuriang di daerah Kabupaten/Kota Bogor dan sekitarnya saja, kami masih kewalahan,” kata Ade. Melihat kondisi seperti itu, Ade mencari jalan keluar dengan menyiapkan 10 orang binaan sebagai pembenih ikan lele sangkuriang.

Sementara Muchtar yang memiliki 10 kolam pembesaran mengisi kolamnya dengan 10.000 ekor benih ukur 4–6 cm. Dari 10.000 benih ini, setelah 45 hari dapat dipanen 1 ton ikan lele ukuran 6–7 ekor per kg. Harga jualnya saat ini Rp 10.500 per kg. ”Dari panen 1 ton ikan itu, dipotong pakan dan biaya pemeliharaan, masih ada keuntungan sekitar Rp 3 juta,” kata Muchtar.

Ade dan ayahnya, sebagai keluarga pelopor usaha pembenihan ikan lele di sentra Perajin Sandal Cibeureum ini, sekarang sering menerima kunjungan tamu yang ingin belajar budidaya ikan lele sangkuriang, baik untuk pembenihan maupun pembesaran. ”Kami dengan senang hati menjelaskan bagaimana caranya menjadi pembudidaya ikan lele sangkuriang,” kata Ade.

Dia mengatakan, pihaknya memang berkonsentrasi di bidang pembenihan untuk memasok mereka yang berusaha di bidang pembesaran lele sangkuriang. ”Lebih menguntungkan jadi pembenih daripada pembesar ikan,” kata Ade, seraya menambahkan bahwa kerugian puluhan juta rupiah yang dideritanya dua tahun yang lalu berangsur-angsur dapat ditutupi dari keuntungan penjualan benih ikan.

Sumber www.kompas.com
Selasa, 13 April 2010 | 09:16 WIB
(FX Puniman, Wartawan Tinggal di Bogor)

Jumat, 30 Juli 2010

PAMOR LELE NAIK KARENA LELE JENIS SANGKURIANG

PRODUK LAUK LELE BERSIH DAN HYGIENIS



Pamor lauk makanan ikan Lele sangat terangkat tinggi akhir-akhir ini. Sistem pemeliharaan dalam sebuah kolam terbuat dari Terpal Plastik dengan pemberian pakan berupa pelet, sangat mengakat harkat Lele sebagai hidangan lauk di meja makan, lauk sebagai sumber yang tinggi protein dan Omega-3. Jauh dari kesan lauk Lele yang dikenal “jorok” dan “menjijikkan” pada masa lalu dalam benak sebahagian masyarakat.

Pembesaran Lele jenis Sangkuriang hasil kepeloporan Yanri melalui Mitra Usaha Lele Kracak yang dia kelola, kesan penulis tentang pemeliharaan pembesaran Lele menjadi sangat berubah. Yanri meletakkan standar yang tinggi atas produk ikan Lele yang dihasilkannya. Mitra Tani ini sangat mengharamkan pemberian pakan pembesaran Lele sehari-hari dengan cara-cara tradisonal dan sudah usang. Dalam budidaya dan pembesaran Lele ala Mitra Usaha Lele Kracak, tidak ada bangkai, tidak ada air limbah dan tidak ada lumpur. Semua Mitra Usaha Tani harus patuh pada kesepakatan dan standar mutu yang telah dibuat. Salah satunya pemberian Pakan harus menggunakan pelet yang sudah disiapkan. Tidak boleh ada pemberian makanan lele berupa bangkai atau jenis makanan yang tidak hygienis lainnya.


Barangsiapa melanggar ketentuan ini, langsung dikeluarkan dari Kemitraan. “Aturan dan standar ini berlaku untuk semua.” seru Yanri. “Tidak boleh ada yang coba-coba untuk melanggarnya.” tambahnya. Visi besar dari Mitra Usaha Lele Kracak adalah untuk meningkatkan pangsa pasar Lele sebagai sumber protein masyarakat. “Lele jenis sangkuriang ini kaya akan kandungan Omega-3, jadi sangat disarankan untuk menjadi sumber protein dalam menu makan sehari-hari, terutama baik untuk pertumbuhan anak. Coba kalau harkat Lele yang sudah jelek selama ini, menjadi lebih baik dan hygienis di masyarakat. Kan, petani sendiri yang untung, betul ndak!” ujar Yanri sambil terkekeh optimis.

Lalu Yanri menambahkan “Sekarang ini animo masyarakat untuk makan Lele sangat meningkat naik tajam. Saat ini sudah sulit untuk mencukupi permintaan pasar. Hal ini harus selalu dijaga dan jangan sampai persepsi masyarakat yang sudah baik atas produk Lele, tertutama Lele sangkuriang, rusak oleh karena ketidak mampuan petani untuk menjaga kualitas Lele yang dihasilkannya. Jadi semua petani harus kerja keras dan tidak neko-neko. Ikut sistem saja sudah cukup. Yakinlah ternak Lele Sangkuriang akan bisa menyaingi usaha ayam broler. Sungguh.”

Kamis, 29 Juli 2010

PELIHARA LELE DILAHAN KRITIS

MUDAH DAN MENGUNTUNGKAN


Selama ini pemeliharaan ikan air tawar selalu melekat dengan konotasi air yang melipah. Tanpa ada stok air yang cukup, berarti tidak dapat melakukan usaha ternak ikan. Kalaupun umumnya masyarakat tahu bahwa pemeliharaan Lele bisa dilakukan di air yang kotor. Tetap dalam benak masyarakat bahwa airnya juga harus cukup banyak. Oleh karena itu usaha pemeliharaan Lele dilakukan diareal penampungan limbah akhir rumah tangga.


Budidaya dan pembesaran Lele jenis Sangkuriang, seperti yang telah dilakukan oleh Mitra Usaha Lele Sangkuriang Kracak, Leuwiliang malah membuktikan lain. Dilahan sawah tadah hujan dapat dilakukan usaha pemeliharaan atau pembesaran Lele jenis Sangkuraing hanya dengan memanfaatkan sumur kecil yang digali sedalam 1,5 meter. Rembesan air sawah yang sangat kecil ini dapat dimanfaatkan oleh Mitra Usaha Lele Sangkuriang Kracak, Leuwiliang ini untuk usaha pembesaran Lele sebanyak 100.000 ekor benih. Sungguh ini bukanlah jumlah yang kecil, tapi sudah menjadi bisnis yang sangat menggiurkan.

Lebih lanjut silahkan hubungi via email: lele.sangkuriang.cirangkong@gmail.com

MERAKIT KOLAM TERPAL

UNTUK BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN LELE SANGKURIANG


Material yang dibutuhkan untuk membuat kolam untuk melakukan usaha budidaya dan pemberasarn Lele jenis Sangkuriang ini adalah:

1. Bambu dengan ukuran diameter diatas 4 cm
Bambunya harus sudah kering, tua dan berserat padat. Sehingga tidak mudah busuk atau rusak hingga usia penggunaan lebih dari 2 (dua) tahun.


2. Terpal Plastik yang tebal dan berkualitas baik
Dimana serat terpal plastik harus padat dan tidak mudah bocor. Bukan hanya tidak bocor semata, material plastik juga harus baik. Dimana bahan pembuatan terpal ini juga tidak mudah luntur atau mengelupas sehingga malah bisa mencemari air kolam tempat ikan Lele Sangkuriang dipelihara.

3. Sekam padi, sebagai alas tempat Terpal Plastik diletakkan.


Langkah yang harus dilakukan:

1. Tancapkan tiang bambu kedalam tanah, dengan jarak 1 meter antar tiang, secara rapi mengelilingi areal kolam yang berukuran 5 x 10 atau sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.


2. Bambu dibelah menjadi ukuran 2-3 cm. Ukuran panjang bambu yang dibelah, sesuaikan dengan stok bambu yang dimiliki.

3. Paku atau ikat bambu yang dibelah secara horizontal, memanjang mengikat antar tiang yang sudah ditancapkan. Pada sisi bawah kolam dengan tingkat kerapatan yang lebih padat, supaya menjadi penyangga Terpal Kolam yang nantinya akan diisi air. Semakin keatas bisa semakin longgar. Bila lengkap padat dari sisi bawah ke sisi atas juga tidak masalah?! cuma akan dibutuhkan jumlah bambu yang lebih banyak.


4. Bila sudah selesai rangka kolam yang terbuat dari bambu. Selanjutnya pada dasar tempat Terpal Plastik kolam akan dipasang, ditebar dengan sekam padi secara merata. Maksudnya agar Terpal Plastik tidak mudah robek atau bocor saat petani atau pekerja masuk kedalam kolam. Dan juga agar benih ikan Lele tidak mudah terluka disaat berbenturan dengan dasar kolam akibat perkelahian dan kejar-kejaran antar benih Lele dalam kolam pemeliharaan.

5. Lalu sisi tepi Terpal Plastik (bagian bibir atas kolam) dipaku atau diikat secara rapat dan merata pada seluruh keliling Terpal Plastik. Tujuannya agar Terpal Plastik solid, kuat dan rapat terikat. Sehingga tidak mudah robek karena menanggung beban berat air dalam kolam.


6. Lalu terakhir Kolam Terpal Plastik diisi air hingga kedalaman +/- 1 meter. Lalu diamkan air kolam selama 3-7 hari, jangan ditebar benih Lele dulu! Tujuannya agar air kolam matang dan ideal untuk ditabur benih. Masa pematangan air ini juga disesuaikan dengan kondisi air. Karena setiap daerah akan mempuinyai kondisi air yang berbeda-beda pula. Untuk kondisi tertentu air kolam perlu ditambahkan sari kotoran kambing atau kelinci. Ada pula kondisi air yang kaya akan zat sulfur, untuk kondisi seperti ini perlu di naturalisasi dengan enceng gongok. Setelah air matang, baru kolam siap untuk ditebar bibit ikan Lele Sangkuriang. Dimana ukuran bibit Lele Sangkuriang yang paling ideal/baik untuk dilepas adalah ukuran diatas 7-8 cm. Dan sangat tidak disarankan bilamana menabur benih lebih kecil dari ukuran 7-8 cm.

Senin, 26 Juli 2010

Lele Sangkuriang Kracak


Bicara Lele Sangkuriang tidak lepas dari Desa Kracak tempat usaha ikan Lele Sangkuriang dalam terpal yang saat ini mulai santer jadi pembicaraan bagi banyak pertani Ternak Lele.

Prinsip beternak Lele bagi Mitra Usaha Lele Kracak adalah Kemitraan. Jadi beternak Lele harus sama-sama menguntungkan. Supaya usaha Lele ini dapat meningkatkan tingkat kesejetahteraan para petani yang menjalankan usaha ini.